petang di empang
sinar menari-nari di riak air
wajah tampak berombak
tanah dan air: Indonesiaku
namun apa itu
gedung-gedung
memasung pertiwi
dengan gaya yang tak
memberdayakan
segala hanya diekploitasi
tanpa akal budi nurani
angin sahara
tiba-tiba terasa di sini
memecahkan embun pagi
menyuarakan semilir pertiwi
yang menangis sedih
o, Indonesiaku
aku akan menjemput ibu
sebab debu rindu bertemu
gelisah tiada bersudah
sebelum dirinya
kembali meneroka
tawa: bahagia
sejahtera
petang di empang
sinar menari-nari di riak air
wajah tampak berombak
tanah dan air: Indonesiaku
Maret 2012
Puisi Karya
Nama: Usup Supriyadi
Lokasi: Bogor - Jawa Barat
Web/Blog: Usup Supriyadi
Index Labels
- Berita Jejak Puisi (8)
- Puisi Bahagia (8)
- Puisi Bebas (79)
- Puisi Cinta (84)
- Puisi Ilmu (3)
- Puisi Islami (33)
- Puisi Keluarga (9)
- Puisi Perjuangan (27)
- Puisi Persahabatan (11)
- Puisi Sedih (49)
Puisi mantab....kalo disimpulkan puisi orang yang kecewa ya..sama kondisi Indonesia ini...ataw bagaimana...
BalasHapusIkutan dan salam kenal....kayanya sih iya sob...kecewa dengan kondisi bangsa ini yang semakain ga jelas mau dibawa kemana....
BalasHapuswah keren... lagi lagi bahasanya tingkat tinggi. aga sulit di pahami ni. harus berulan ulang. ya mungkin ane yang ga punya sence of puisi.
BalasHapus@pasaherbal
BalasHapuskalau ditanya bagaimana maksud sebenarnya puisi tersebut kepada si penyairnya maka kurang tepat, sebab sajak itu, kalau sudah di depan pembaca, maka penyairnya ibarat sudah R.I.P jadi silahkan pembaca maknai sendiri, dan minimal carilah tafsir yang berguna bagi-minimal- diri sendiri. ^^ saya sudah coba buka bocoran dengan label, "puisi perjuangan"
hehhe
@melilea
salam kenal juga. sebenarnya ketidak jelasannya itu bukan karena adanya badai, tapi para nahkodanya tidak menggunakan peta dasar negara kita. mereka asyik berlama-lama di laut, ibarat di kapal pesiar sendiri, sedangkan rakyat terlunta-lunta di sebatang kayu di atas samudra...
betapa sedihnya
@cerita anak kost
mulailah dengan membacanya sebagai sebuah puisi, kelak pun pasti akan menememukan si penumpang gelapnya. hehehhe
Hehehe,, kuarang mudeng saya mas,,
BalasHapusUngkapan yang indah untuk sebuah nada kritikan. Mantab deh, moga para pengirim puisi selalu diberi ide untuk terus menorehkan puisinya.
BalasHapusSalut deh buat perjuangan admin untuk mengumpulkan puisi ini :)
Ada geletar kerinduan pada keaslian alam bumi Pertiwi. Tersirat jelas, hiruk pikuknya polusi di kota-kota besar. Barangkali, Green World suatu saat nanti akan pulas dalam jarahan radiasi matahari..
BalasHapusSalam sahabat, puisi yang tajam dan kritis..
Puisi bukan sekedar coretan kata-kata, namun ada makna dan guna di dalamnya. Senandung seruling gembala dan kicau satwa, suatu ketika nanti akan digantikan oleh raungan mesin dan motor, di antara desingan peluru-peluru...
BalasHapusIbu Pertiwi memang sedang nestapa, mungkin kini sedang berharap adanya putra-putri kandungnya yang bertekad mengembalikan kelestarian dan keasrian wajah Bunda Pertiwi...! Kapan iyaaa...???
tabayo... sungguh luar biasa ini puisi. semakin cinta dan rindu akan Indonesia.....
BalasHapuskesenjangan sosial bangkitkan kepincangan hilangkan keseimbangan...
BalasHapuspuisi yang indah kawan,,,
wah.. manteb puisinya kang..:|:
BalasHapuscieee...selalu aja puisi indah ada disini...sip bang
BalasHapusikut nyimak puisinya
BalasHapusmudah mudahan disini mmendapat sebuah inspirasi:}
Kunjungan pagi sobat...
BalasHapusNice share!
Pagi kawanku :)
BalasHapusnyimak puisinya tentang indonesia.. maknanya dalam..
BalasHapusibu pertiwi yang terpasung
BalasHapusanak negeri hanya diam mematung
puisinya keren happy blogging
BalasHapusNice puisi akang,,
BalasHapusWahh mantef banget puisi abang..salut bang..hahahyyy
BalasHapus@Ideini.com
BalasHapustidak mengapa, biasanya memang puisi itu samar-samar dalam mengutarakan maksudnya
@aries5758
kita bersyukur kepada ia yang membuat jejakpuisi.com di mana lebih menyegarkan khazanah perpuisian, jadi tidak hanya media itu itu lagi
@Gus Ibrahim
terimakasih atas torehan kesannya. salam
@CahNdeso
kelak, di suatu masa pasti kita melihat ibu pertiwi tidak bersusah hati lagi
@Ehwansah Jailani
salam, untunglah masih ada rindu dan cinta ya
@hamparan
semoga begitu kelak, amin
@basokawap
terimakasih
@MasChandra
terimakasih
@Muro'i El Barezy
silahkan, semoga dapat yang kaucari itu ya.
@Master Shofware Mobile
selamat pagi terimakasih sudah berkunjung
@Hzndi
salam
@agusbg
sedalam apatah? hehehhe terimakasih atas waktunya untuk menyimak sajak tersebut
@istighfarin
ya ampun. semoga menjelma pemahat batu
@wahid sahidu
happy blogging jua ya
@uzay
hatur nuhun kang
@icha banjarmasin
terimakasih ya. salam
Kunjungan siang sobat
BalasHapusampun bahasa dan maknanya bagus sekali sobat
maju terus Indonesiaku
Wah sedih saya liatnya :')
BalasHapusbagus gan karyanya mengharukan kunjung balik yah mas, :)
wah wah, makin mantap aja nih puisinya kang. Bahasanya itu loh yang keren, nice dah
BalasHapuswah indonesia, di dalamnya ada rasa penyesalan juga sepertinya. hehehe. oh indonesia
BalasHapusNyimak saja Gan...
BalasHapusKurang pandai memaknai sebuah puisi, apalagi kalimatnya sudah kayak gitu.
wah puisi indonesiaku keren sob... Lanjutkan!
BalasHapusMaaf baru mampir
mohon maaf baru bisa berkunjung sob...semakin keren aja ni,sukses selalu sob
BalasHapus:b:
BalasHapushehhe... bagus
Pusisi yg bagus :n: cinta indonesia
BalasHapussuasanya pada waktu malam hari dekat empang kan sob. Maksud yang terkandung masih ane dalami lagi sob.
BalasHapusKata meneroka artinya apa ta kang, pada bait 5 baris 6, maklum kang saya ga tw istilah hihi
BalasHapuspagi itu orang berbaris-baris
BalasHapuskhidmatkan badan, tapi jiwa kosong
lalu ramai-ramai hamburkan pekik yang kian lemah
merdeka !
Puisinya keren gan. Indonesia banget.
BalasHapussemoga makin maju. :)
kalimat "gelisah tiada bersudah" bagus banget,,, heeee
BalasHapusTentang negeri ini
BalasHapusamir dan jelatanya
sebelum yang baru datang...
hem... nice poem
tapi masih belum terarah saya mendapatkan maksud
wah ini baru puisi tentang negri kita..
BalasHapusmantab sob..